AI Lebih Akurat Ketimbang Pengacara dalam Meninjau Kontrak

Tel Aviv, TechnoBusiness ● Anda melihat teknologi sebagai peluang atau tantangan? Harus diakui bahwa teknologi telah membantu banyak orang dalam melakukan pekerjaannya, tidak hanya itu bahkan mendisrupsi pekerjaan itu sendiri.

 

Baca Juga: Gogobli Tawarkan Diskon 30% Harga Produk Kecantikan Artis

 

Temuan terbaru menyatakan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) malah lebih akurat daripada pengacara saat meninjau kontrak-kontrak bisnis.

LawGeex, platform tinjauan kontrak AI terkemuka yang melakukan studi itu, menyebutkan tingkat akurasi AI dalam mengecek Non-Disclosure Agreements (NDAs), salah satu perjanjian hukum yang paling umum, mencapai 94%, padahal pengacara berpengalaman hanya 85%.AI menyelesaikan dalam waktu 26 detik, sedangkan para pengacara membutuhkan waktu 51-156 menit dengan rata-rata 92 menit.

Persentase itu diperoleh setelah solusi AI LawGeex diadu dengan 20 pengacara korporat terkemuka di Amerika Serikat yang sudah berpengalaman puluhan tahun dalam meninjau NDA.

AI menyelesaikan dalam waktu 26 detik, sedangkan para pengacara membutuhkan waktu 51-156 menit dengan rata-rata 92 menit.

Keahlian hukum dan kontrak para peserta mencakup pengalaman di perusahaan seperti Goldman Sachs, Cisco, firma hukum global Alston & Bird, juga K & L Gates.

Dalam waktu berbarengan, baik pengacara maupun AI LawGeex sama-sama menganalisis lima kontrak yang tidak mereka lihat sebelumnya. Kontrak itu terdiri dari 153 paragraf bahasa hukum (legalese), di bawah kondisi yang terkontrol secara tepat dimodelkan dalam cara pengacara meninjau dan menyetujui kontrak harian.

Berikut hasil perbandingan untuk pertama kalinya di dunia ini:

  • Pengakuan tertinggi penelitian ini mencapai akurasi 94%–sesuai dengan AI—sementara pengacara dengan kinerja terendah mencatatkan 67%.
  • AI menyelesaikan dalam waktu 26 detik, sedangkan para pengacara membutuhkan waktu 51-156 menit dengan rata-rata 92 menit.

“Penelitian ini menunjukkan bahwa teknologi dapat membantu memecahkan dua masalah—membuat manajemen kontrak lebih cepat dan lebih dapat diandalkan, dan membebaskan sumber daya sehingga departemen hukum dapat fokus untuk membangun kualitas tim hukum manusia mereka,” ungkap Gillian K. Hadfield, Guru Besar Hukum dan Ekonomi di University of Southern California.●

—Ariel Gurion, TechnoBusiness ● Foto-Foto: LawGeek

 

Artikel Asli