Memberikan pendidikan dan pelatihan kepada anak -anak sejak dini merupakan hak yang penting untuk membentuk sifat dasar dan kebiasaan anak kelak, berikut tata cara (adab) melatih ahlak kepada anak sejak dini oleh Ustadz Budi Ashari, LC dan di tulis oleh Noviani, pada Senin 19 Juni 2017, semoga bermanfaat, berikut lengkapnya:

– Jaga anak. Ajari adab dengan tidak membiasakan hidup mewah meski orangtuanya mampu
– Jangan ajarkan cinta kesejahteraan, ajarkan hidup prihatin, karena kalau cinta kesejahteraan kelak ketika dewasa hidupnya habis memikirkan kesejahteraan yang selama ini dia rasakan
– Awasi betul di awal usianya. Jangan sampai memakai jasa susuan kecuali oleh wanita sholehah taat agama dan makan makanan halal, sebab air susu yang berasal dari makanan haram tidak akan mendatangkan berkah
– Jika anak sudah mulai memasuki masa puber dan sifat yang menonjol adalah malu, maka itu tanda kecerdasan, kabar gembira akan sempurnanya akal, karena menunjukan kedewasaan akalnya setelah baligh nanti. Dan rasa malu harus terus dilatih
– Ajari malu dengan adabnya, malu dengan lawan jenis, malu sehingga mau menutup auratnya.
– Ajari adab makan. Jangan sampai anak rakus makan, karena syahwat terbesar adalah syahwat perut, dari syahwat perut turun ke syahwat kemaluan, dan karena hal ini pula menyebabkan Adam terusir dari surga (syahwat makan), banyak timbul penyakit lain semua karena kenyang. Puasa mematahkan syahwat perut
– Jika mulai muncul rakus makan pada anak segera ajari adab makan, karena yang rakus dengan makan mirip binatang.
– Ajari sekali kali anak makan tanpa lauk
– Larang anak bergaul dengan anak lain yang terbiasa hidup mewah
– Sibukkan dengan Qur’an, hadist, dan sejarah agar tertanam kecintaan pada orang sholeh, jika anak suka dengan syeikh Masjidil Haram misalnya itu baik pertanda pendidikan yang diberi bagus, terbalik jika diajari Qur’an tapi idolanya artis sinetron itu pasti ada yang salah.
– Jika anak mempunyai akhlak baik puji, harus dimuliakan, anak jangan ditekan
– Puji anak di hadapan orang lain
– Tapi kalau sekali waktu dia melanggar jangan disampaikan pada orang lain, lupakan kesalahannya, tidak ada orang sempurna. Ibu bapaknya juga tidak sempurna, tidak ada manusia sempurna
– Jika kesalahan diulangi maka tegur, tapi rahasiakan
– Jangan sering sering menegur anak (kuping jika sering ditegur akan kebal)
– Jika teguran sering diucapkan maka hilang wibawa orangtua
– Takut takuti dengan bapaknya
– Latih jalan, lari gerak olahraga
– Ajari sholat, perintah sholat jika sudah usia 7 tahun termasuk ajari thaharoh
– Tidak buang ingus atau meludah sembarangan
– Larang anak tidur siang karena menyebabkan malas, dan mengharuskan tidur malam
– Ajari anak untuk sederhana dalam masalah tempat tidur, contoh Rasulullah tidur di atas tikar, supaya tubuh tegap kokoh
– Ajari anak untuk tidak membanggakan harta orangtuanya
– Tidak menumpangkan kaki ke kaki satunya
– Biasakan anak untuk berbicara hanya jika ditanya
– Diperbolehkan main jika pulang sekolah, agar dia istirahat dari kelelahan belajar
– Biasakan anak taat pada guru dan orangtua
– Tanamkan bahwa makan itu sama dengan obat, tujuan makan adalah untuk menguatkan badan agar mampu beribadah.
– Ajari anak untuk selalu mengingat Allah di manapun ia berada. 

Seperti kisah Muhammad bin Siwar. Suatu hari pamannya berkata: “Tidakkah engkau mengingat Allah yang telah menciptakan dirimu?
” Bagaimana aku mengingatNya? ” aku balik bertanya
” Katakan di dalam hatimu tiga kali tanpa menggerakkan lidah, “Allah besertaku. Allah melihatku. Allah menyaksikanku”
Jila malam hari aku mengucapkan di dalam hati seperti itu, hingga dapat mengenalNya.
Lalu paman berkata lagi kepadaku, “Ucapkan yang seperti itu setiap malam sebelas kali”
Maka kulakukan itu, sehingga dalam hatiku ada sesuatu yang terasa nikmat.
Setahun kemudian paman berkata lagi, “Jaga apa yang sudah aku ajarkan dan terus laksanakan hingga engkau masuk ke liang kubur.
Maka saran itu terus aku lakukan hingga benar-benar merasakan kenikmatan di dalam batinku. Kemudian Paman berkata, “Wahai Sahl, siapa yang Allah besertanya melihat dan menyaksikan dirinya maka mana mungkin dia akan mendurhakaiNya.
Setelah itu aku melanjutkan perjalanan ke sekolah untuk menghapal Qur’an. Saat itu usiaku baru enam atau tujuh tahun. Setelah itu aku banyak puasa, makan hanya dengan roti dan setiap malam mendirikan sholat.
|Ilustrasi Foto: nrp/batas.id